MELURUSKAN MILAD HMI


Hanya sebagai referensi bukan untuk memecah belah.
Kapan HMI lahir?
Pertanyaan ini terjawab pada dua puluh sembilan untaian kata dalam statuta HMI tentang “Waktu dan Tempat Kedudukan”:“HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besarnya” (Pasal 2 AD HMI).
Pada prinsipnya tidak ada perdebatan, HMI lahir pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947. Sampai disini jelas sekali tanggal, bulan dan tahun kelahirannya, baik hitungan hijriah maupun masehi. Yang menjadi kajian kita adalah tanggal berapa milad harus kita peringati setiap tahun? Mengikuti hitungan hijriah atau hitungan masehi? Kedua hitungan ini jelas setiap tahun jatuh pada waktu yang berbeda. Realitanya, milad HMI selalu diperingati pada 05 Februari. Melalui telaah ini, kita harus berani menerima kenyataan, ternyata tradisi milad kita selama ini salah.

Mari lebih sadar dan kritis. Narasi Pasal 2 AD HMI di atas secara tegas memberikan penekanan bahwa perhitungan kelahiran HMI adalah pada penanggalan Hijriah, bukan Masehi. Tanggal pertama yang muncul di pasal ini adalah 14 Rabi’ul Awwal 1366 H. Sementara tanggal 05 Februari 1947 hanyalah tanggal untuk memperjelas kapan itu 14 Rabi’ul Awwal 1366 H. Dalam struktur bahasa, “HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H” adalah inti kalimat, yang sudah sangat jelas maknanya tanpa ada klausa tambahan. Jadi, klausa tambahan “bertepatan dengan tanggal 05 Februari 1947 M” bersifat sekunder, tidak adapun tidak jadi masalah karena maksud kalimat sebelumnya sudah jelas.
Penekanan milad berbasiskan tahun Islam (dan sudah seharusnya berbasis kalender Islam), menurut saya, adalah sebuah bentuk literal tersendiri dari komitmen utama HMI, yaitu ke-Islaman. Disini jelas bahwa penekanan kelahiran HMI adalah pada penanggalan hijriah, bukan pada penanggalan masehi. Dengan demikian jelas sudah, HMI lahir pada 14 Rabi’ul Awwal 1366 H, kebetulan bertepatan dengan 05 Februari 1947 M.

Jika Pasal 2 AD HMI ini boleh saya beri catatan, maka akan menjadi seperti ini:
“HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H [kebetulan saat itu] bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 M untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besarnya”.
Catatan personal saya dalam kurung di atas […kebetulan saat itu…] hanya untuk memperjelas bahwa secara konstitusional, paradigma milad HMI adalah paradigma hijriah. Landasan hukum yang kita anut diatas menjadikan 14 Rabi’ul Awwal sebagai poros perhitungan. Jadi sah kah milad kita rayakan pada 05 Februari? Sah, jika pasal 2 AD HMI tersusun dalam perspektif masehi seperti berikut:
“HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947 M [kebetulan saat itu] bertepatan dengan tanggal 14 Rabi’ul Awwal 1366 H untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besarnya”.
Disini terlihat tanggal 05 Februari sebagai poros perhitungan, sementara 14 Rabi’ul Awwal sebagai tanggal kebetulan. Kenyataannya, bunyi pasal 2 AD HMI tidak disusun seperti itu.

Perspektif Kelahiran Deklarator HMI
Catatan sejarah dari Agussalim Sitompul menyebutkan bahwa HMI sengaja didirikan bertepatan dengan 05 Februari. Kenapa? Karena pendirinya, Lafran Pane, sengaja memilih tanggal tersebut agar sesuai dengan tanggal kelahirannya, 05 Februari. Jika memang demikian, apakah milad HMI identik dengan ulang tahun Lafran Pane? Apakah tanggal perayaan kelahiran HMI harus kita sesuaikan dengan tanggal masehi kelahiran Lafran Pane? Apakah memang demikian amanah organisasi?

Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan ini, kita sangat menghargai dan menghormati (alm) Lafran Pane atas visi misi ke-islaman dan ke-Indonesia-annya. Namun menjadikan 05 Februari sebagai milad HMI ternyata bertentangan dengan amanah HMI sendiri, pasal 2 AD HMI. Tidak ada dasar hukum yang mengamanahkan milad HMI atas dasar tanggal masehi kelahiran Allah yarham Lafran Pane. Jika ini pijakannnya, maka HMI menjadi organisasi personal Lafran Pane (bahasa bisnis: “Firma” atau “perusahaan pribadi” Lafran Pane). Padahal, HMI adalah mahasiswa Islam (bahasa bisnis: “organisasi publik”) yang sahamnya hari ini dimiliki bersama dan roda organisasi diatur oleh AD/ART tersendiri.

Kapan harusnya kita Peringati?

Jika kita konsisten dengan Anggaran Dasar serta semangat ke-Islaman HMI, maka peringatan kelahiran HMI yang benar adalah tanggal 14 Rabi’ul Awwal, bukan tanggal 05 Februari. Jadi, merayakan milad berdasarkan amanah pasal 2 AD HMI ini, lebih bersesuaian dengan visi hijriah atau perspektif ke-Islaman yang diusung Lafran Pane sendiri. Namun kenapa selalu diperingati pada 05 Februari? Menurut saya ini bentuk kesalahan berjamaah yang diulang-ulang sehingga menjadi kebenaran umum. Kesalahan ini, setidaknya ada dua penyebab.

Pertama, dalam teori cognitive intelligent, kesalahan ini disebut “lack of time awareness”. Salah satu kelemahan umum kognisi manusia adalah ketidaksadaran tentang perhitungan atau ingatan waktu. Kita lupa bahwa, setiap tahun, antara 14 Rabi’ul Awwal dengan 05 Februari adalah dua watu yang berbeda. Kedua, kesalahan penanggalan milad ini juga dikarenakan kita telah terindoktrinasi oleh semangat Gregorian, daripada spirit Hijriah. Kita terjebak dalam penanggalan Romawi yang disemai kolonial daripada apa yang dirumuskan oleh muslim intelektual pasca kenabian. Bukan berarti penanggalan romawi kristen ini salah, tetapi kita telah secara berjama’ah melupakan penanggalan yang dirumuskan mujtahid muslim.

05 Februari 2010 tahun ini akan bertepatan dengan 21 Safar 1431 H. Jika kelahiran HMI diperingati pada tanggal tersebut berarti kita telah mengacaukan tanggal kelahiran HMI. Ingat, HMI lahir bukan pada 21 Safar! AD jelas menyebutkan bahwa HMI lahir pada 14 Rabi’ul Awwal. Secara implisit dan eksplisit, penanggalan Hijriah menjadi dasar perhitungan kelahiran. Maka salah jika kemudian kita menjadikan tanggal Masehi sebagai dasar kelahiran. Tahun masehi lah yang menurut AD Pasal 4 harus mengikuti penanggalan Hijriah, bukan sebaliknya. Dengan demikian, menurut saya, memperingati kelahiran HMI pada 05 Februari tidak hanya sebuah bentuk pelanggaran terhadap konstitusi organisasi, tapi juga pengingkaran ideologis terhadap spirit ke-Islaman.

Jadi kapan tahun ini kita harus peringati kelahiran HMI? Sederhana sekali, kembali ke AD HMI pasal 2: 14 Rabi’ul Awwal. Dan 14 Rabi’ul Awwal 1431 H tahun ini [kebetulan] bertepatan dengan 28 Februari 2010 M. Jadi, kalau mau mengadopsi kalender Romawi, maka milad HMI tahun ini kita peringati pada 28 Februari 2010. Untuk tahun depannya lagi, 14 Rabi’ul Awwal 1432 H akan bertepatan dengan tanggal 17 Februari 2011. Sementara 14 Rabi’ul Awwal 1433 H akan bertepatan dengan tanggal 06 Februari 2013. Begitu seterusnya, tanggal hijriah milad akan bertepatan dengan tanggal masehi yang berbeda setiap tahun. Perbedaan ini terjadi karena penanggalan masehi disesuaikan dengan 14 Rabi’ul Awwal. Cara paling mudah mengingatnya, milad HMI adalah 2 hari setelah Maulid Nabi. Hijriah dan MasehI (HMI)
Sudah saatnya kita mulai memperingati kelahiran HMI pada tanggal yang benar, 14 Rabi’ul Awwal. Gerakan ini kelihatan kecil dan sepele, namun memiliki efek yang besar bagi kesadaran kolektif secara nasional. Kita harus menjadi pioneer untuk menghentikan warisan kesalahan Milad HMI. Untuk kepentingan yang lebih luas lagi, mari jadikan penanggalan hijriah sebagai poros perhitungan untuk segenap aspek kejadian. Gerakan ini akan membuat kita semakin familiar dengan warisan penanggalan Islam. Kita mesti membuat penanggalan ini menjadi dominan dalam setiap aspek kehidupan.

Sekilas kembali kepada catatan sejarah, penanggalan hijriah ini lahir dari saran Ali bin Abi Thalib kepada Umar bin Khattab untuk menggantikan penanggalan ‘am Fil, Tahun Gajah (Sumber: “Tarikh atThabari”, jilid III, hal.1250). Kalender Hijriah diakui para intelektual sifatnya lebih ilmiah daripada kalender masehi. Umumnya penanggalan menggunakan kelahiran seorang tokoh sebagai dasar hitungan. Begitulah kalender Masehi, menjadikan kelahiran Kristus sebagai dasar. Tidak demikian halnya dengan Islam. Kelahiran Nabi saw tidak dijadikan dasar perhitungan. Dicetuskannya Hijrah sebagai awal kalkulasi didasari oleh kajian Ali bin Abi Thalib dkk yang melihat momen ini sebagai inti dari ajaran Islam. Islam memiliki arti dinamis. Ini dapat dilihat dari makna lain Islam seperti ‘syariat’ dan ‘thariqat’ yang berarti ‘jalan’. Ini bermakna, hidup statis bukanlah pola hidup orang Islam. Hijrah adalah gerak perubahan, dinamika perpindahan baik fisik, mental atau spiritual kepada kebaikan dan kemenangan (Ali Syari’ati, “Muhammad saw: Sejak Hijrah hingga Wafat” hal.33, Pustaka Hidayah, 2006).

Memang tidak salah dengan hitungan masehi. Namun bisa menjadi kesalahan substantif ketika kita didominasi olehnya. Tanpa disadari, Sscara administratif, HMI lebih disemangati semangat hijriah. Penanggalan surat diawali oleh penanggalan Hijriah, lalu diikuti oleh tanggal masehi. Sedikit berseloroh, HMI sendiri merupakan singkatan lain dari Hijriah dan MasehI (HMI). Dari segi nama saja sudah cukup menjadi bukti jika kalender Islam mendahului penanggalan masehi warisan Belanda. Ungkapan lain, misi ke-Islaman mendahului misi ke-Indonesiaan.
“Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa Aali Muhammad”.
Billahittaufiq walhidaayah.


(Tulisan ini pernah dimuat oleh Sayyid Muniruddin Ali (Sekjen KAHMI Aceh 2009-2014, Ketum HMI Cabang Banda Aceh 2000-2001) diharian lokal Aceh, Serambi Indonesia, 5 Februari 2010)

Comments

Popular posts from this blog

“ABRAHAMIC FAITHS”, BAGIAN DARI PROPAGANDA PLURALISME (MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN TERHADAP KITAB-KITAB TERDAHULU) 2

Mengapa Harus HTI dan Bagaimana Setelahnya?

GANTUNG DIRI DI DALAM RUMAH; BUKTI GAGALNYA DIDIKAN KELUARGA

“ABRAHAMIC FAITHS”, BAGIAN DARI PROPAGANDA PLURALISME (MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN TERHADAP KITAB-KITAB TERDAHULU) 1