“ABRAHAMIC FAITHS”, BAGIAN DARI PROPAGANDA PLURALISME (MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN TERHADAP KITAB-KITAB TERDAHULU) 2





Sebelumnya kita telah mempertanyakan keganjilan demi keganjilan dari Abrahamic Faiths. Dibahas pula ayat-ayat Al-Qur'an yang sebenarnya sudah cukup menjelaskan kebodohan dalam konsep Abrahamic Faiths / Agama-Agama Samawi. Namun jika penjelasan masih belum cukup, Penulis telah menambahkan keterangan yang kiranya akan memuaskan akal Pembaca.

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Yahudi dan Nasrani Bukan Agama Samawi


Disini Penulis berusaha menyusun ‘puzzle-puzzle yang hilang’ yang telah membuat kesalahpahaman berjamaah di tengah-tengah kaum muslimin. Bahayanya kesalahpahaman ini adalah secara sadar atau tidak, seorang muslim ikut memfitnah Allah sebagai pihak yang betanggungjawab atas adanya agama jahil dan kufur, yakni Yahudi dan Nasrani. Pendidikan di bangku sekolah yang banyak menitikberatkan hafalan dan kajian hanya pada buku-bukunya dan bukan pada Kalam-Nya, menjadi alat yang sukses untuk memasukkan racun-racun ini pada anak-anak muslim. Maka jangan heran, jika semakin lama makin banyak muslim yang menjadi pengemban pluralisme. Sebab dari kanak-kanak mereka telah difahamkan bahwa Yahudi, Nasrani dan Islam itu datangnya dari Allah, ketiganya adalah agama yang dibawa nabi terdahulu, hanya Islam menjadi agama baru, terakhir dan penyempurna. Maka disini, Penulis akan mengulas tausiyah Ustadz Haikal Hassan bertema Sejarah Islam, Yahudi dan Kristen dan tulisan Kholily Hasib yang berjudul Rancunya Wacana Agama Samawi. Kiranya bisa membantu mencerahkan.


Dari rapat mereka itu, kemudian muncullah istilah agama samawi. Agama-agama yang turun dari langit. Jadi, Kristen itu dari Tuhan. Yahudi dari Tuhan. Islam dari Tuhan. Katolik dari Tuhan, Ortodoks dari Tuhan. Protestan dari Tuhan. Syi’ah pun dari Tuhan. Pa-le-lo! Padahal Allah telah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 140, “Ataukah kamu (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata bahwa Ibrahim, Isma‘il, Ishaq, Ya‘qub dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu atau Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Kemudian di Surah Shaff ayat 7 Allah mengingatkan Bani Israil akan apa yang dibawa nabi terdahulu, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada (agama) Islam?” Dimana pada ayat sebelumnya (ayat 6), Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang nama-nya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata”, papar Ustadz Haikal Hassan dengan logat betawinya yang khas. 

Ustadz yang masyhur dengan tausiyahnya yang anti-mainstream, humoris dan kritis ini kemudian memaparkan asal-muasal munculnya Yahudi dan Nasrani dari perspektif sejarah. Bermula dari Ibrahim (Avram/Abraham) yang lahir di Babilonia pada zaman Raja Mesopotamia (1978 SM). Ibrahim dikaruniai dua orang putera, yaitu Isma’il (1891 SM) dari isterinya yang bernama Hajar dan Ishaq (1878 SM) dari isteri pertamanya, Sarah. Isma’il lahir di Hebron kemudian tumbuh besar di Arab, dari sinilah muncul bangsa Arab. Ishaq lahir di Hebron, besar di Hebron dan wafat di Hebron. Ishaq ‘alaihissalam dikaruniai banyak anak yang salah satunya adalah Ya’qub (Jacob/Jacobus) yang lahir pada 1829 SM. Ya’qub ‘alaihissalam merupakan seorang nabi yang biasa bepergian dengan berjalan (isra’), karena itu Bani Ya’qub kemudian disebut sebagai Bani Israil (Bangsa Israel). Bani Israil kemudian tumbuh besar dengan kerajaannya, atas izin Allah Ta’ala. Dari Raja Thalut, kemudian diwasiatkan pada Daud ‘alaihissalam karena keberhasilannya mengalahkan Jalut (Goliath). Pada 970 SM, nabi Daud (David) wafat kemudian kerajaan diwasiatkan pada puteranya, Sulaiman (Salomo/Solomon). Dalam satu hadis riwayat tirmidzi dikatakan bahwa Sulaiman ‘alaihissalam memimpin kerajaan selama 40 tahun, maka artinya, nabi Sulaiman wafat pada 930 SM. Sejak saat itulah kerajaan Bani Israil pecah, karena Sulaiman tidak meninggalkan wasiat akan siapakah yang menjadi penerus kerajaannya itu (wafatnya Sulaiman baru diketahui setelah tongkatnya rapuh dimakan rayap). Pada ajaran Yahudi ditemukan wawasan yang sama, pada 930 SM terjadi Divided Kingdom (kerajaan terbelah dua). Pada masa itu, kerajaan terbelah menjadi Kerajaan Israil Islam dan Kerajaan Israil Juda (red. Yuda) atau Yahuda. Israil Juda inilah yang kemudian menjadi awal munculnya agama Yahudi (Judaism/keyakinan Israil keturunan Juda/Yahuda). Tahun 620 SM mereka memodifikasi Taurat menjadi Talmud, dan inilah yang kemudian menjadi pegangan kaum yahudi. Setelahnya, mereka selalu mendustakan risalah para rasul dan membunuh beberapa rasul yang datang pada mereka (lihat QS. Al-Baqarah: 87, 91) diantaranya seperti Zakariyya ‘alaihissalam yang digergaji menjadi dua bagian, Yahya ‘alaihissalam yang dipenggal kepalanya dan Isa ‘alaihissalam yang diburu untuk disalib.

Pada 325 Masehi, Raja Konstantinus bersama penasihatnya Paulus (yang mengaku rasul) membuat pertemuan di Nicea (Concili Nicea I) bersama 248 orang Ahlul Kitab. Disana mereka mengangkat Yesus (Isa/Mesia) sebagai Tuhan dan memodifikasi Injil menjadi Al-Kitab (Bibel). Penulis mengetahui secara langsung dari seorang teman beragama nasrani, di tahun 2013, ketika Penulis membaca Al-Kitab dan sempat menyebutnya sebagai Injil, dia berkata, “ini bukan injil tapi Al-Kitab, kebanyakan muslim mengira ini injil, padahal ini adalah Al-Kitab. Injil hanyalah bagian kecil dari Al-Kitab, tapi ini tidak bisa dikatakan sebagai Injil. Dan kristen berpegang kepada ini (Al-Kitab)”. Jadi masihkah kita akan berfikir bahwa kitab itu adalah kitab yang dibawa ‘Isa ‘alaihissalam? Jika membaca isi Al-Kitab pun, Yesus mereka bukanlah Isa ‘alaihissalam sebab mulai dari lahirnya hingga akhir hidupnya berbeda 180 derajat dengan keterangan dari Al-Qur’an dan Hadis. Jika membaca lebih banyak ayat-ayat Al-Kitab ditemukan banyak sekali ajaran rasis, ayat-ayat yang saling berbantahan, juga fitnah terhadap para nabi dan terhadap Allah yang membuat jengkel dan sakit hati. Di tahun yang sama (325 M), bersamaan dengan itu Kristen (Nasrani) diresmikan menjadi agama negara dan memaksa semua rakyatnya untuk memeluk Kristen. Politik halus hingga kasar dilakukan Raja Konstantinus. Politik kasarnya adalah dengan mengeluarkan larangan shalat bagi rakyatnya yang disertai sanksi cungkil mata hingga salib bagi pelakunya. Apakah pembaca mampu membayangkan bagaimana Kristen berkembang dan bagaimana Islam pada masa itu? Mengingat tausiyah Dr. Irena Handono, mantan kepala biarawati Indonesia, di tahun 2003 menerangkan bahwa Natal sekalipun merupakan produk politik Romawi untuk menguasai Jerman, sebab itu natal pertama dimulai pada abad ke-5 Masehi bukan pada Abad ke-4 Masehi (saat pertamakali agama kristen muncul). Beliau juga mengungkap upaya kristenisasi dan propaganda Gereja salah satunya dengan mengangkat term Agama-Agama Samawi.

Setelah resmi terbentuknya agama baru, Nasrani, agama yang namanya diambil dari nama Nazaret, nama daerah tempat Yesus dibesarkan (menurut versi mereka). Beberapa tahun kemudian terjadi perdebatan. Sebagian dari mereka menolak (protes) jika Yesus itu Tuhan, sebab jika Yesus itu Tuhan, maka siapa Tuhan sebelum itu (sebelum Yesus dilahirkan). Kemudian dibuatlah Concili Nicea II (411 M). yang mengangkat Yesus sebagai anak Tuhan bukan sebagai Tuhan, maka cabang mazhab kristen ini disebutlah Protestan. Perdebatan ini sebenarnya masih berlangsung hingga saat ini di tengah-tengah kaum Nasrani. Seperti tergambar pada dialog antara Sir Leigh Teabing dengan Robert di depan Sophie Neveu dalam film The Da Vinci Code. Mereka berdebat apakah Yesus itu Tuhan atau hanya manusia biasa yang bisa mati. Film kontoversial keluaran tahun 2006 ini meski memuat dialog yang mengajak penontonnya berfikir keras dengan teka-teki ‘Cawan Suci’ (Holy Grail), tetap harus disimak dengan cermat. Sebab, walaubagaimanapun satu tayangan mampu memberi efek hipnotis bagi penontonnya. Bahayanya, akan tercampur gambaran Yesus versi kristen dengan nabi Isa ‘alaihissalam dalam ajaran islam. Hal ini akan membuat kesalahpahaman yang berlanjut di tengah-tengah kita.

Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surat al-Anbiya’: 25 bahwa agama yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul pada dasarnya adalah satu. Allah tidak pernah menurunkan dua atau tiga agama berbeda. Dan Allah tidak memaksudkan keterputusan total atau penggantian agama-Nya dengan kedatangan nabi-nabi baru. Al-Quran bahkan menyebut Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, dan nabi-nabi bani Israil lainnya dengan sebutan Muslim (lihat QS. Yunus 71-72 ,Yunus: 84, Ali Imran: 67, al-Naml: 44, dan Ali Imran: 52). Agama Yahudi dan Kristen tidaklah dikenal oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad. Dua agama tersebut bukanlah samawi, akan tetapi bisa disebut agama budaya. Menurut as-Syarqawi, ajaran-ajaran agama Yahudi bukan dari Taurat melainkan banyak bersumber dari Talmud yang bermuatan ajaran-ajaran pagan, rasialis, dan penuh hinaan kepada umat-umat lain. Bahkan seorang pemuka Yahudi, Rabi Rotski, mengakui bahwa kitab Talmud itu tidak ditulis oleh Nabi Musa, akan tetapi oleh rabi-rabi Yahudi (lihat kitab Israil al-Aswad karya Muhammad al-Syarqawi). Dzat Tuhan Yahweh (Tuhan agama Yahudi) tidak mungkin disamakan dengan Tuhan Allah. Ahmad Syalabi, pakar perbandingan agama, mengatakan bahwa tradisi penyembahan agama Yahudi dipengaruhi oleh bangsa Kan’an – yaitu bangsa yang dahulu mendiami wilayah Palestina. Nama Yahweh, menurut beberapa pakar sejarah Barat sendiri adalah nama yang berasal dari luar tradisi Yudaisme. Nama itu konon, berasal dari tradisi paganisme kaum Median dan Kan’an – yakni bangsa penyembah berhala sebelum kedatangan Nabi Musa. Sedangkan Kristen, adalah sebuah nama yang dideklarasikan oleh Paulusus di kota Antiokhia (sekarang wilayah Turki) – Nabi Isa tidak pernah mengenalkan nama Kristos atau menyebut dirinya anak Tuhan. Kristen adalah agama yang bangunan dasar teologinya didirikan oleh Paulusus, seorang Yahudi yang mengaku-ngaku Rasul. Tepatnya sekitar enampuluh tahunan setelah keghaiban Nabi Isa, terjadi penyimpangan, hingga datanglah Paus yang memberi nama pengikutnya dengan nama Kristen. Oleh karena itu Kristen adalah agama budaya, bukan agama samawi. Sehingga wajar bila pondasi teologinya selalu berkembang bermetamorfosis. Seperti konsep trinitas yang disahkan melalui Consili Nicea, tidak melalui wahyu. Sehingga sarjana-sarjana Barat sendiri mengakui akan hal itu. Michael H. Hart, asal AS mengatakan bahwa yang mendirikan Kristen itu bukanlah Yesus, tapi Paulusus,” jelas Kholily Hasib, seorang Alumni Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor yang pernah memuat opini anlitisnya tersebut di Majalah Gontor. Kholily dalam opini kritisnya menjelaskan bahwa agama samawi hanya satu, yaitu islam dan tidak termasuk di dalamnya Yahudi dan Kristen sebagaimana difahami masyarakat pada umumnya.

Tidak Ada Alasan Mendasar untuk Menerima Konsep Abrahamic Faiths

Masih banyak penjelasan detail yang bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an bahwa sesungguhnya sejak awal mula peradaban di bumi, Allah hanya menurunkan agama islam (agama tauhid) untuk seluruh penduduk bumi. Islam berasal dari kata aslam/aslim yang berarti “berserah diri” (lihat QS. Al-Baqarah: 131). Kesalahpahaman terhadap kitab-kitab terdahulu yang menganggap bahwa Taurat adalah Yahudi, Injil adalah Kristen dan Al-Qur’an adalah Islam, menyebabkan kesalahpahaman yang berlanjut ketika menemukan kesamaan syari’at yang terdapat pada tiga agama tersebut. Misal, melalui ketiganya sama-sama dikenal nama Allah, dikenal nama Adam dan beberapa nabi lainnya, perintah berhijab, berkhitan, shalat, puasa, zakat, larangan berzina dan larangan mengkonsumsi babi. Kesamaan ini bukanlah menunjukkan bahwa Yahudi dan Kristen sejajar dengan Islam, melainkan menunjukkan bahwa Yahudi dan Kristen adalah agama buatan kuffar yang memelintir ajaran islam terdahulu dengan memodifikasi kitab-kitab-Nya. Maka jangan heran jika melihat ada kaum Kristen atau Yahudi tertentu yang berhijab, shalat, mengharamkan babi dan sebagainya. Mereka tetaplah kafir, sebab hanya mengambil sebagian dan membuang sebagian yang lain dari syari’at serta tidak mau membenarkan Al-Qur’an dan Muhammad Sallallahu’alaihi wa Sallam (lihat QS. Al-Baqarah: 75, 85, 89-91). Maka salah besar jika masih berfikir Yahudi berpegang pada Taurat sebab sejatinya mereka berpegang pada Talmud. Salah besar jika berfikir Nasrani berpegang pada kitab ‘Isa Al-Masih, sebab sejatinya mereka berpegang pada Bible (Al-Kitab) bukan pada Injil. Sementara Taurat, Injil dan Kitab-Kitab sebelum Al-Qur’an sejatinya berisi risalah islam dan merupakan kepunyaan kaum muslimin. Maka terputus sudah rantai antara mereka dengan kaum muslimin. Tidak ada kesatuan antara yang haq dengan yang bathil. Sebab itu Allah memuji ummat islam sebagai ummat terbaik, sebab merupakan ummat yang mau menundukkan akal dan hatinya di atas aqidah yang benar.

Mereka, kaum nabi dan rasul terdahulu yang hanya mengkultuskan Allah disebut dan menyebut diri mereka sebagai Muslim (lihat QS. Al-Hajj: 78). Ingatlah dalam QS. Al-Qashash: 53, bagaimana Ahlul Kitab membuat pengakuan seraya menangis ketika mendengarkan bacaan ayat Al-Qur’an di hadapan mereka, “Kami beriman kepadanya, sesungguhnya (al-Quran) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sungguh, sebelumnya kami adalah orang Muslim.” Itu artinya, istilah islam dan muslim telah dikenal bahkan sebelum kenabian Baginda Muhammad. Namun kondisi di zaman itu yang sarat dengan kemaksiatan dalam segala aspek, membuat ajaran islam semakin bias dan terasing. Itu sebabnya, ketika Rasulullah terang-terangan menyampaikan risalah islam ia tampak sedang membawa agama baru, gila, tukang sihir, berbahaya, dan menyimpang. Seperti tergambar pada salah satu dialog dalam film keluaran tahun 1976, The Message berikut ini,

Maka berhentilah berkata bahwa islam adalah agama penyempurna, sebab yang penyempurna itu adalah Baginda Muhammad Sallallahu’alaihi wa Sallam dan Al-Qur’an Al-Karim. Islam bukanlah agama penyempurna akan tetapi satu-satunya agama yang benar di muka bumi dan dirdhai Allah Ta’ala! Tidak ada alasan mendasar sedikitpun bagi manusia yang berfikir dan beriman untuk membenarkan konsep bodoh Abrahamic Faiths atau Agama-agama Samawi dan term yang serupa dengannya. Berhentilah menjauhi kajian islam dan syari’ah sebab hanya dengan ilmu islam, manusia yang berakal dan beriman mampu menuntun akal dan hatinya untuk terus mendekat pada kebenaran dan membaca segala kepalsuan atas seizin-Nya. Berhentilah menomorsekiankan Al-Qur’an diantara sekian buku-buku bacaan, sebab hanya dengan Al-Qur’an akal dan hati menjadi terang dan melihat Al-Furqan (pembeda yang haq dengan yang bathil). Al-haqqu mir rabbika fa lā takūnanna minal mumtarīn (QS. Al-Baqarah: 147).

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Harus HTI dan Bagaimana Setelahnya?

GANTUNG DIRI DI DALAM RUMAH; BUKTI GAGALNYA DIDIKAN KELUARGA

“ABRAHAMIC FAITHS”, BAGIAN DARI PROPAGANDA PLURALISME (MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN TERHADAP KITAB-KITAB TERDAHULU) 1